Jumat, 23 Desember 2011

Part 1 : He's just the way too perfect

Untuk memulai , saya ingin menceritakan sedikit tentang pacar saya ini. Karena berawal dari dia lah , blog ini ada.


Dia kuliah di salah satu universitas negeri di Pulau Sulawesi. Dia berkulit sedikit agak gelap . Dia baik . Sangat. Dia baik dengan semua orang tanpa terkecuali dan sabar. Sangat. Mungkin sifat dari ibunya menurun ke dia. Ya..dia selalu mengatakan itu pada saya ketika dia mengenang kembali ibunya yang sudah meninggal 11 tahun yang lalu. Dia senang menyendiri , tidak terlalu senang bergaul dengan orang lain . Dia berfikir dunianya kini cuma ada 3 yaitu dia sendiri , keluarga , dan saya. Dia sangat menghargai perempuan dan sifat inilah yang buat saya sangat menyayangi dia. Semua perhatian dia tercurahkan untuk saya. Dia bisa dipercaya , lucu ,setia, dan disenangi oleh kedua orang tua saya . Dia bisa menjadi teman , kakak , dan pacar sekaligus secara sempurna dengan cara nya sendiri. He's just the way too perfect .

Tapi , sepertinya yang sangat tidak sempurna dari dia adalah karena dia berpacaran dengan saya. Memiliki saya yang sangat tidak sempurna bagi dia. Saya..sangat berbanding terbalik dengan dia. Dia selalu sepenuh hati menganggap serius hubungan kami , tapi saya terkadang hanya setengah hati menjalani ini. Tidak tahu kenapa sejak saya berpacaran dengan dia , setelah hubungan persahabatan kami selama setahun digantikan dengan hubungan pacar , semuanya hanya terasa lain. Sangat berbeda. Saya tidak terlalu menikmati hubungan ini sebenarnya. Setidaknya , saya hanya menikmati 1/2-nya ketika saya bersamanya. Tapi , tetap saja setengah hati saya mau hubungan saya yang dulu layaknya 2 orang sahabat saja tapi setengah hati saya juga ingin menginginkan dia lebih dari teman. Sebagai pacar. Tapi , saya sangat takut akan menyakiti hatinya apabila saya mengatakan ini padanya , melihat semua pengorbanan dia selama saya bersahabat dan berpacaran dengan dia . Semua perasaan 1/2 hati saya ini hanya akan sangat menyakitkan buat dia.

Tapi , saya bertanya-tanya hingga sekarang , sebenarnya mengapa dulu saya mau berpacaran dengan dia? apa karena kasihan , balas budi atau murni tanpa alasan apa-apa? Jawabannya , nihil. Saya masih belum menemukan nya.

2 komentar: